Perjalanan yang tak pernah usang

Gambar
Hamdalah , bisa kembali beraktivitas di tanah kelahiran. Diberi kesempatan untuk menikmati ibukota Jakarta, tak dimiliki semua pekerja profesional (red: karyawan). Genap lima tahun, akhirnya “dikembalikan” ke East Java , kalau kata orang “ Jowo Wetan ” alias Jawa Timur. Masih segar diingatan, ketika teman-teman di pabrik melepas kepergianku ke kantor pusat, sedih. Namun yang pasti kami selalu mendoakan yang terbaik satu sama lain.  Tawaran yang ku terima dari manajemen, adalah bagian dari restrukturisasi organisasi. Ya beruntung masih ditawari, daripada tanpa pekerjaan. Prosesnya memang tak mudah, tapi bersyukur, akhirnya restu itu ku terima, setelah hampir setahun penantian. Meskipun dalam hati bergumam, “semakin lama ditunda, semakin bagus pula”, toh ya aku masih bekerja di tempat yang sama. hehehe Kata orang, setiap pilihan itu mesti ada rasa “sakitnya”, tergantung masing-masing orang menerjemahkannya. Termasuk aku yang saat itu galau tingkat dewa. Menuju Jakarta, meninggalkan ...

Sore (di) Tambak Oso Wilangun

Terminal Osowilangun Jam sudah menunjukkan pukul 17.45, langit juga mulai gelap. Mendung tampak rapat, hitam, dan menggelayut diatas awan. Sepertinya hujan akan segera tiba. Angkot dan mikrolet berbaris rapi, dilorong-lorong keberangkatan. Beraneka warna, mirip pelangi. Berharap mobil mereka penuh penumpang, pundi-pundi uang pun tak timpang. Beberapa kru bus, taksi dan angkot ngobrol tampak akrab. Sembari menunggu rejeki datang.

Lebih dua puluh menit lamanya, bus kota tujuan Purabaya, Kota Surabaya tak kunjung tiba. Dan angkot pun belum beranjak dari tempat semula. Itulah sekelumit gambaran Terminal Osowilangun. Terminal bus antarkota dan antar propinsi ini terletak dikawasan administratif Surabaya bagian barat, berbatasan langsung dengan Kota Pudak, Gresik. Jika dilihat sepintas dari jalan utama Surabaya-Gresik, terminal ini nampak terbengkalai. Entah salah arsitek atau pendanaan yang kurang, pembangunan gedung utama belum selesai hingga saat ini alias mangkrak.

Bangunan dua lantai tersebut hanya beratap rangka galvalum dan tampak mulai berkarat. Betonannya pun terlihat mulai berlumut dan dikelilingi rumput liar. Padahal, jika kita masuk ke area penurunan dan pemberangkatan penumpang, terminal ini sudah lengkap fasilitas umum (fasum). Mulai dari kantin, musholla, ruang tunggu hingga parkir kendaraan roda dua maupun roda empat. Area terminal ini cukup luas, namun beberapa titik dibiarkan terbengkalai. Andai saja pengelola terminal ini kreatif, bisa saja lahan kosong dimanfaatkan ruang terbuka hijau/ taman.

Atau apabila secara legalitas  diperbolehkan untuk komersial, lahan kosong bisa dimanfaatkan untuk sport center, misal untuk lapangan futsal maupun bulutangkis. Mengingat, terminal ini berada dikawasan industri dan pergudangan. Alternatif lainnya adalah perluasan area parkir untuk roda dua, tentunya dengan harga yang kompetitif dan ditunjang dengan tempat yang nyaman dan aman. Sebagai gambaran, parkir umum disekitar terminal jauh lebih murah dan tempatnya representatif. Tujuannya tak lain untuk menutup biaya operasional dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pahlawan.

Pembangunan Terminal Wilangun ini untuk mengurangi kepadatan yang terjadi di Purabaya. Terpantau terminal ini terlihat crowded memasuki weekend dan momen libur panjang Idul Fitri, Nataru dan gelaran nasional (pemilu). Sedangkan untuk rutenya, terminal ini support untuk kota-kota di Provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur seperti Gresik, Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bali The Last Paradise

Pandu

Angon