Langsung ke konten utama

WisPan ke Tanah Lot nya Jawa!

Berwisata ke pantai memang tak ada bosannya, selain suara deburan ombak dan angin sepoi-sepoinya, bermain air laut memiliki khasiat tersendiri, seperti membuat wajah lebih fresh, menyembuhkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan saluran pernafasan dan paru-paru. Saat ini, masyarakat Jatim semakin dimanjakan dengan banyaknya pilihan wisata pantai (wispan) yang tersebar, khususnya di kawasan selatan Kabupaten Malang.

Destinasi wisata seperti Watu Leter, Kondang Merak, Bajul Mati, Gatra, Tiga Warna, Goa Cina, Banyu Meneng, Sendang Biru, Ngliyep, Clungup, dan Balekambang. Nama pantai terakhir, Balekambang, merupakan Wispan yang mainstream dan sangat terkenal. Terletak di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Sekira 60 kilometer dari pusat Kota Malang, ditempuh sekitar dua jam perjalanan.

Akses jalan dari Kota "dingin" Malang ke Balekambang cukup bagus. Sebagian besar beraspal, mulus dan lebar. Sepanjang jalan, jika kita beruntung, ketika cuaca cerah, dapat kita jumpai gunung tertinggi Jawa Timur, Semeru disisi Timur. Kondisi jalan saat ini, jauh lebih baik dibandingkan dengan puluhan tahun lalu (berdasarkan pengamatan pribadi😁). Beberapa titik jalan dilakukan pelebaran dan pengecoran. Terutama mendekati pintu masuk Balekambang, tepatnya di tanjakan Jurang Mayit (hiii...syeremmm...😢). Bisa jadi dinamakan tanjakan Jurang Mayit karena kondisi jalan yang sangat curam dan berkelok cukup tajam.

Ada rambu khusus terpasang, "gunakan gigi satu", artinya kondisi jalan sangat menanjak dan menikung. Meskipun harus tetap waspada dan hati-hati, Jurang Mayit ini sudah dilakukan pelebaran. Jika dulu ada Supeltas yang mengatur jalan untuk gantian (tidak bisa berpapasan), sekarang sudah bisa dilalui kendaraan dari dua arah. Jalanan terasa bergelombang ketika memasuki kawasan Perhutani. Maklum, dikanan kiri jalan dipenuhi pohon-pohon besar tinggi menjulang. Beberapa titik juga terpantau rusak karena gerusan air hujan disekitar kebun tebu.  Uniknya beberapa calon pengunjung wisata Balekambang ber-selfie ria diarea tersebut. Ketika kami berkunjung, memang tanaman bernama latin Saccharum Officinarum tingginya baru setengah meter, sekilas seperti Rumput Gajah. Tumbuhan penghasil gula itu ditanam di perbukitan, menambah kesan seperti bukit Teletubbies 😂.

Pemerintah Kabupaten Malang sangat serius menggarap proyek jalan menuju Balekambang, terbukti, untuk menghindari akses melalui Jurang Mayit, Pemkab telah membangun "jalan pintas" yang lebih aman bagi pengendara mobil dan motor, terutama kendaraan besar seperti bus. Namun jembatan tersebut saat ini belum tersambung. Menjelang pintu masuk, ada persimpangan dengan masing-masing tujuan wisata, jika belok kiri berarti anda memilih untuk berwisata ke Sendang Biru dsk. Ke kanan, tujuan wisata nya ke Pantai Kondang Merak. Mantab bukan!

Disepanjang jalan menuju Wispan Balekambang, banyak rest area siap memanjakan wisatawan, jangan khawatir tak kebagian makan!😁

Perbaikan dan perluasan Wispan Balekambang patut diacungi jempol. Mulai dari pintu masuk hingga akses menuju Pulau Ismoyo, sangat keren! Dipintu masuk pengunjung langsung disajikan dengan welcome entrance, Pantai Balekambang dengan sedikit sentuhan seni dan penuh warna. Memasuki area parkir, disisi utara berjajar homestay yang disediakan untuk wisatawan yang ingin menghabiskan malam di Pantai Balekambang. Dengan Fasum yang mumpuni, diharapkan Balekambang dapat mengerek perolehan Pendapatan Asli Daerah.

Ada juga cafe ala-ala Pulau Dewata, yang menyajikan tempat yang menawan. Hamparan pasir putih membujur dari timur ke barat, sejauh mata memandang dimanjakan dengan birunya air laut lengkap dengan ombaknya. Belum lagi rindangnya pepohonan diarea pesisirnya, menambah kesan asri dan teduh.

Harga tiket masuknya pun terjangkau, Rp.15.000,-/ orang ditambah ongkos parkir Rp.10.000,- untuk roda empat. Tak perlu merogoh kocek lebih dalam untuk memperoleh kebahagiaan. Salam refreshing!

#Balekambang #Wisata #WisPan #WisataPantai #TanahlotnyaJawa #Malang #JawaTimur #Srigonco #Bantur #KabupatenMalang #PulauIsmoyo #PasirPutih #Mantul #Refreshing






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bali The Last Paradise

Hari pertama, langsung gas. Tak kendor sedikitpun meski mata terasa berat. Kantuk melanda sebagian peserta. Efek berangkat dini hari, bahkan rombongan flight pertama (jam 05:00) sudah stand by di bandara Soetta sejak pukul 03:00 dini hari! Hebat bukan? Ya, peserta harus berada di titik kumpul sesuai arahan dari travel agent dua jam sebelum pesawat lepas landas. Hal ini untuk mempermudah baik panitia, agen perjalanan dan peserta koordinasi, dan pastinya tak ketinggalan pesawat!  Berangkat di pagi buta memang tak mudah bagi sebagian peserta (termasuk saya pribadi hehehe ). Dibutuhkan kemauan, semangat dan tekad yang luar biasa untuk bangkit dari tempat tidur, bersih badan alias mandi dan gosok gigi, jangan lupa pakai baju dan semprot parfum yang wangi! 😂 Beruntung itinerary sudah di share komite dari jauh hari. Jadi tak perlu bingung dan bimbang, bawaan yang “wajib” dibawa pada saat workshop berlangsung pun sudah lengkap diinformasikan, termasuk kebutuhan pribadi seperti obat-o...

Balada Pejuang Bus Antarkota

Pasutri itu tiba-tiba menepi, persis di bawah JPO. Awalnya kukira mereka hanya berdua, ternyata si kecil nyempil di boncengan tengah. Hujan memang tiba-tiba turun dengan derasnya, disertai angin yang juga cukup kencang. Laju kendaraan tertahan, tak bisa melaju secepat biasanya. Puncak jam “sibuk” Kota Pahlawan. Lima menit, sepuluh menit, hujan semakin menjadi. Keluarga kecil nampak bingung, mencari tempat yang nyaman untuk putranya. “Duduk saja di situ Bu, ada tempat kosong” Aku berseloroh. Sembari menggiring anaknya, “Iya, terima kasih Pak” sambil berlalu.  Membuntuti dibelakang si Bapak, sambil menenteng keresek tanggung warna putih, lengkap dengan kotak makanan warna cokelat, bertumpuk dua. Motor yang ditumpanginya pun dibiarkan tergeletak begitu saja, di tepi jalan, di bawah jembatan penyeberangan orang. “Di sana kering, nggak ada hujan, di sini langsung deras” Pungkasnya sambil menuding ke arah jalur yang dia lalui. Aku tersenyum, “Ya memang cuaca akhir-akhir ini mirip tahu bu...

Perjalanan yang tak pernah usang

Hamdalah , bisa kembali beraktivitas di tanah kelahiran. Diberi kesempatan untuk menikmati ibukota Jakarta, tak dimiliki semua pekerja profesional (red: karyawan). Genap lima tahun, akhirnya “dikembalikan” ke East Java , kalau kata orang “ Jowo Wetan ” alias Jawa Timur. Masih segar diingatan, ketika teman-teman di pabrik melepas kepergianku ke kantor pusat, sedih. Namun yang pasti kami selalu mendoakan yang terbaik satu sama lain.  Tawaran yang ku terima dari manajemen, adalah bagian dari restrukturisasi organisasi. Ya beruntung masih ditawari, daripada tanpa pekerjaan. Prosesnya memang tak mudah, tapi bersyukur, akhirnya restu itu ku terima, setelah hampir setahun penantian. Meskipun dalam hati bergumam, “semakin lama ditunda, semakin bagus pula”, toh ya aku masih bekerja di tempat yang sama. hehehe Kata orang, setiap pilihan itu mesti ada rasa “sakitnya”, tergantung masing-masing orang menerjemahkannya. Termasuk aku yang saat itu galau tingkat dewa. Menuju Jakarta, meninggalkan ...