Langsung ke konten utama

Bulus Bali, Taman di Pinggiran Jakarta

Bagi pecinta taman di Jakarta, mungkin asing jika mendengar Taman Bulus Bali. Wajar! Karena taman ini terbilang baru. Taman yang sempat viral di IG ini baru diresmikan kurang dari satu tahun! Taman dengan luas sekitar 4 hektar ini berada di jalan raya Lebak Bulus gang III, tak jauh dari Mall One Bell Park, Pondok Labu Raya, Jakarta Selatan.

Dari jalan raya, taman ini terbilang unik jika dibanding taman yang pernah saya kunjungi. Tatanan taman serta bangunan yang berada di sini, lain daripada yang lain. Di pojok taman, ada bangunan artistik berbentuk oval, dengan sentuhan arsitek modern dipadu unsur tradisional nan klasik dengan pilar kayu yang terpasang berjajar, tepat di atas pintu masuk.

Kami yang penasaran dengan bangunan itu, langsung saja menyasarnya. Mirip pos security, ada kaca berbentuk oval di antara kayu, pengganti tembok. Kayu berdiri sejajar dan serong, berfungsi untuk ventilasi ruangan agar tak pengap. Tempat duduknya juga mengikuti  desain bangunan, setengah elipse.

Ternyata fungsi bangunan tersebut diperuntukkan fasilitas umum. Ada kamar mandi untuk pria dan wanita. Kemudian ada musala, cukup untuk berjamaah kira-kira tiga orang, secara ukuran memang cukup kecil. Satu ruangan lagi untuk alat kebersihan petugas taman. Menariknya, bagian atap dipasang alumunium foil, untuk meredam panas. 

Persis di depan bangunan fasum, ada semacam kursi, tempat beristirahat pengunjung TBB (Taman Bulus Bali). Bentuknya cukup unik, mirip kaki seribu! Panjangnya sekira tiga meteran, dengan jarak antar kayu sekitar lima sentimeter. Namanya Kursi Parametrik.

Menyeberang ke sisi barat, ada playground terpadu, tak banyak, namun masih berfungsi dengan baik, alias masih kinclong. Ada permainan jungkat-jungkit, dan yang pasti perosotan! Perosotan ini multifungsi, ada ketangkasan dan juga menarik untuk menstimulus kemampuan motorik putra-putri Anda ketika singgah di TBB. 

Jogging tracknya juga lumayan, kontur tanah yang tak merata, membuat lintasannya naik turun. Kabar baiknya, TBB sangat ramah untuk kaum difabel atau disabilitas. Sepanjang lintasan taman sudah dilengkapi dengan guiding block untuk menambah rasa nyaman dan aman penyintas disabilitas! Khususnya penyandang tunanetra.

Mau buah rambutan? ada di TBB! Terhitung ada tiga pohon besar yang cukup rindang yang berada ditengah TBB, dan semuanya ternyata pohon rambutan. Saat berkunjung ke sini, terpantau buah rambutan sedang berbuah, namun masih kecil dan hijau, bolehlah berkunjung ke sini lagi, siapa tahu sudah bisa dipanen he.he.he.

Bunga matahari juga ada di taman ini, bahkan beberapa tampak bermekaran. Menambah kesan asri TBB. Bunga yang terkenal berkat serial anak awal tahun 2000'an, Teletubbies! 

Gratis ke Taman Lebak Bulus 3

Taman Bulus Bali ini "bertetangga" dengan pendahulunya, Taman Lebak Bulus 3 (TLB 3) terletak persis di belakang TBB. For your information, tempat parkiran mobil dan motor TBB berada di area TLB 3!

Kesan yang pertama kali muncul ketika mampir ke taman ini adalah sejuk! Jakarta yang masih mengalami musim kemarau, seolah tak terpengaruh dengan kondisi tersebut. Banyak pohon trembesi "raksasa" di TLB 3. Rerumputan serta pepohonan nampak ijo royo-royo. Ditambah angin sepoi-sepoi membuat betah pengunjung berlama-lama di sini.

Ada gazebo di tengah TLB 3, meski tak luas, sekira 2x2 meter,  cukup untuk bercengkerama atau sekedar piknik. Area ini kerap dimanfaatkan untuk berkumpul, makan-makan atau sekedar ngisis (red: cari angin). Ada arena bermain, meskipun kondisinya tak terawat dan mulai rusak di sana sini. Ada dua blok, yang satu dulunya berfungsi untuk arena olahraga, dan satunya lagi hanya tersisa perosotan.

Mau main bola atau badminton? Bisa dong di TLB 3. Ada lapangan yang ukurannya cukup luas. Panas? Tentu tidak, sebagian sisi lapangan cukup teduh, karena dikelilingi pohon besar. Permukaan lapangan masih cukup terjaga alias rata. Kalaupun bopeng tak terlalu parah.

Di sisi lapangan ada kolam ikan. Letaknya agak jauh, jadi tak perlu khawatir bola atau shuttle cock nyemplung ke kolam. Satu yang membuat TLB ini tetap hijau, sumber daya airnya cukup mumpuni ditengah kemarau yang saat ini melanda ibukota, sungai! Ya, ternyata di sisi selatan luar taman ini, ada aliran sungai yang melintas, arusnya cukup kuat, sehingga sumber air diseputar taman cukup melimpah.

Bonus ketika singgah di TLB 3 ini adalah kicauan burung! Jika anda beruntung, ocehan burung di taman ini menghibur hati!












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bali The Last Paradise

Hari pertama, langsung gas. Tak kendor sedikitpun meski mata terasa berat. Kantuk melanda sebagian peserta. Efek berangkat dini hari, bahkan rombongan flight pertama (jam 05:00) sudah stand by di bandara Soetta sejak pukul 03:00 dini hari! Hebat bukan? Ya, peserta harus berada di titik kumpul sesuai arahan dari travel agent dua jam sebelum pesawat lepas landas. Hal ini untuk mempermudah baik panitia, agen perjalanan dan peserta koordinasi, dan pastinya tak ketinggalan pesawat!  Berangkat di pagi buta memang tak mudah bagi sebagian peserta (termasuk saya pribadi hehehe ). Dibutuhkan kemauan, semangat dan tekad yang luar biasa untuk bangkit dari tempat tidur, bersih badan alias mandi dan gosok gigi, jangan lupa pakai baju dan semprot parfum yang wangi! 😂 Beruntung itinerary sudah di share komite dari jauh hari. Jadi tak perlu bingung dan bimbang, bawaan yang “wajib” dibawa pada saat workshop berlangsung pun sudah lengkap diinformasikan, termasuk kebutuhan pribadi seperti obat-o...

Balada Pejuang Bus Antarkota

Pasutri itu tiba-tiba menepi, persis di bawah JPO. Awalnya kukira mereka hanya berdua, ternyata si kecil nyempil di boncengan tengah. Hujan memang tiba-tiba turun dengan derasnya, disertai angin yang juga cukup kencang. Laju kendaraan tertahan, tak bisa melaju secepat biasanya. Puncak jam “sibuk” Kota Pahlawan. Lima menit, sepuluh menit, hujan semakin menjadi. Keluarga kecil nampak bingung, mencari tempat yang nyaman untuk putranya. “Duduk saja di situ Bu, ada tempat kosong” Aku berseloroh. Sembari menggiring anaknya, “Iya, terima kasih Pak” sambil berlalu.  Membuntuti dibelakang si Bapak, sambil menenteng keresek tanggung warna putih, lengkap dengan kotak makanan warna cokelat, bertumpuk dua. Motor yang ditumpanginya pun dibiarkan tergeletak begitu saja, di tepi jalan, di bawah jembatan penyeberangan orang. “Di sana kering, nggak ada hujan, di sini langsung deras” Pungkasnya sambil menuding ke arah jalur yang dia lalui. Aku tersenyum, “Ya memang cuaca akhir-akhir ini mirip tahu bu...

Perjalanan yang tak pernah usang

Hamdalah , bisa kembali beraktivitas di tanah kelahiran. Diberi kesempatan untuk menikmati ibukota Jakarta, tak dimiliki semua pekerja profesional (red: karyawan). Genap lima tahun, akhirnya “dikembalikan” ke East Java , kalau kata orang “ Jowo Wetan ” alias Jawa Timur. Masih segar diingatan, ketika teman-teman di pabrik melepas kepergianku ke kantor pusat, sedih. Namun yang pasti kami selalu mendoakan yang terbaik satu sama lain.  Tawaran yang ku terima dari manajemen, adalah bagian dari restrukturisasi organisasi. Ya beruntung masih ditawari, daripada tanpa pekerjaan. Prosesnya memang tak mudah, tapi bersyukur, akhirnya restu itu ku terima, setelah hampir setahun penantian. Meskipun dalam hati bergumam, “semakin lama ditunda, semakin bagus pula”, toh ya aku masih bekerja di tempat yang sama. hehehe Kata orang, setiap pilihan itu mesti ada rasa “sakitnya”, tergantung masing-masing orang menerjemahkannya. Termasuk aku yang saat itu galau tingkat dewa. Menuju Jakarta, meninggalkan ...