Langsung ke konten utama

The New Mutants, Endingnya bikin Terkesan

Dari pada ngantuk, suntuk dan bosan dua belas jam perjalanan Jakarta-Malang, tulis saja sinopsis film The New Mutants, film yang digarap cukup apik oleh WD alias Walt Disney. Film ini di release tiga tahun lalu dan bisa dibilang ending word-nya keren abis.

Begini kata-kata penutupnya:
"Ayahku sering berkata, dalam diri tiap orang itu ada dua beruang, yang satu baik, penuh kasih, cinta dan kepercayaan. yang satunya jahat, takut, malu dan ingin hancurkan diri"

Aku bertanya, "siapa yang akan menang?"

"Yang kau beri makan" begitu jawab ayah ku.

Tayangan film berdurasi satu jam tiga puluh empat menit ini memang penuh ketegangan. Mirip film horor disepanjang ceritanya. Adrenalin dibuat naik turun. Adegannya pun sering membuat kaget, klop lah!

Film ini bercerita tentang lima remaja tanggung yang mulai beranjak dewasa. Tiga cewek dan dua cowok. Alur ceritanya maju mundur. Karena melibatkan masa lalu masing-masing remaja dalam "perawatan" itu. 

Diantara mereka memiliki latar belakang yang berbeda di masa lalunya. Mereka terpaksa "dipenjara" dengan dalih agar aman dari ancaman manusia lainnya. Karena masing-masing dari kelima pemuda pemudi itu memiliki kekuatan, mutan.

Karena usia mereka yang masih belum matang, maka untuk mengendalikannya harus di tempat khusus alias isolasi, dengan penjagaan ketat selama dua puluh empat jam, dibawah pantauan CCTV dan arahan Dr. Reyes.

Bahkan lima remaja itu dianalogikan mirip ular derik. Anak ular derik itu lebih berbahaya daripada induknya, karena si anak ini belum mampu mengendalikan penggunaan bisanya untuk melumpuhkan lawan. Ibarat petarung amatir, akan mengeluarkan seluruh kekuatannya diawal pertandingan, tanpa berpikir strategi untuk menang. Alih-alih mengalahkan musuh, justru akan membahayakan dirinya sendiri karena kehabisan energi.

Di film ini juga ada nilai moral yang disisipkan, religiusitas dan kekhusyukan berdoa. Segala tindakan dosa, akan dibalas setimpal, namun tidak ada salahnya untuk bertaubat dan memohon ampun kepada Tuhan Sang Pencipta.

Kamera pengintai cerdas dipasang disetiap sudut ruangan. Seluruh gerak gerik muda mudi tanggung itu direkam secara detail untuk dicatat dan dipelajari Dr Reyes. Membaca gerak gerik mereka dengan seksama. Sehingga mempermudah sang dokter untuk memberikan "sugesti" kepada "pasien" nya.

Kelimanya diajari bermeditasi, untuk mengendalikan hawa nafsu dan emosi dirinya sendiri. Langkah ini diambil untuk meminimalisir dampak penggunaan kekuatan "mutan". Film karya Josh Boone ini cukup bagus dalam menyampaikan pesan moral. 

Setiap manusia, tanpa disadari memang memiliki kekuatan yang luar biasa, otak! Kemampuan manusia dalam berpikir dan bertindak sangat dipengaruhi oleh "prosesor" alami ini. Ibarat gelas kosong, isi otak ini bisa diatur sedemikian rupa, tergantung individu nya. 

Otak bisa diisi dengan hal-hal baik, tapi tak bisa dipungkiri, otak juga bisa terkontaminasi oleh hal buruk tanpa kita sadari. Disitulah peran agama hadir. Agama mengatur tentang halal haram, baik buruk, boleh tidak dan masih banyak lagi. 

Mau jadi orang baik atau jahat, tinggal beruang mana yang ingin Anda kasih makan! 

Selamat berakhir pekan, jangan lupa  makan. Karena makan adalah sumber energi untuk melakukan apapun, termasuk ibadah dan makan 😅

credit photo from Frame Rated. The New Mutants!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bali The Last Paradise

Hari pertama, langsung gas. Tak kendor sedikitpun meski mata terasa berat. Kantuk melanda sebagian peserta. Efek berangkat dini hari, bahkan rombongan flight pertama (jam 05:00) sudah stand by di bandara Soetta sejak pukul 03:00 dini hari! Hebat bukan? Ya, peserta harus berada di titik kumpul sesuai arahan dari travel agent dua jam sebelum pesawat lepas landas. Hal ini untuk mempermudah baik panitia, agen perjalanan dan peserta koordinasi, dan pastinya tak ketinggalan pesawat!  Berangkat di pagi buta memang tak mudah bagi sebagian peserta (termasuk saya pribadi hehehe ). Dibutuhkan kemauan, semangat dan tekad yang luar biasa untuk bangkit dari tempat tidur, bersih badan alias mandi dan gosok gigi, jangan lupa pakai baju dan semprot parfum yang wangi! 😂 Beruntung itinerary sudah di share komite dari jauh hari. Jadi tak perlu bingung dan bimbang, bawaan yang “wajib” dibawa pada saat workshop berlangsung pun sudah lengkap diinformasikan, termasuk kebutuhan pribadi seperti obat-o...

Balada Pejuang Bus Antarkota

Pasutri itu tiba-tiba menepi, persis di bawah JPO. Awalnya kukira mereka hanya berdua, ternyata si kecil nyempil di boncengan tengah. Hujan memang tiba-tiba turun dengan derasnya, disertai angin yang juga cukup kencang. Laju kendaraan tertahan, tak bisa melaju secepat biasanya. Puncak jam “sibuk” Kota Pahlawan. Lima menit, sepuluh menit, hujan semakin menjadi. Keluarga kecil nampak bingung, mencari tempat yang nyaman untuk putranya. “Duduk saja di situ Bu, ada tempat kosong” Aku berseloroh. Sembari menggiring anaknya, “Iya, terima kasih Pak” sambil berlalu.  Membuntuti dibelakang si Bapak, sambil menenteng keresek tanggung warna putih, lengkap dengan kotak makanan warna cokelat, bertumpuk dua. Motor yang ditumpanginya pun dibiarkan tergeletak begitu saja, di tepi jalan, di bawah jembatan penyeberangan orang. “Di sana kering, nggak ada hujan, di sini langsung deras” Pungkasnya sambil menuding ke arah jalur yang dia lalui. Aku tersenyum, “Ya memang cuaca akhir-akhir ini mirip tahu bu...

Perjalanan yang tak pernah usang

Hamdalah , bisa kembali beraktivitas di tanah kelahiran. Diberi kesempatan untuk menikmati ibukota Jakarta, tak dimiliki semua pekerja profesional (red: karyawan). Genap lima tahun, akhirnya “dikembalikan” ke East Java , kalau kata orang “ Jowo Wetan ” alias Jawa Timur. Masih segar diingatan, ketika teman-teman di pabrik melepas kepergianku ke kantor pusat, sedih. Namun yang pasti kami selalu mendoakan yang terbaik satu sama lain.  Tawaran yang ku terima dari manajemen, adalah bagian dari restrukturisasi organisasi. Ya beruntung masih ditawari, daripada tanpa pekerjaan. Prosesnya memang tak mudah, tapi bersyukur, akhirnya restu itu ku terima, setelah hampir setahun penantian. Meskipun dalam hati bergumam, “semakin lama ditunda, semakin bagus pula”, toh ya aku masih bekerja di tempat yang sama. hehehe Kata orang, setiap pilihan itu mesti ada rasa “sakitnya”, tergantung masing-masing orang menerjemahkannya. Termasuk aku yang saat itu galau tingkat dewa. Menuju Jakarta, meninggalkan ...