Langsung ke konten utama

Masjid Merah Pandaan: Wisata Unik di Jawa Timur yang Layak Dikunjungi!

Playground Eat and Play

Layar handphone tiba-tiba berdering, dari nadanya memang bukan panggilan telepon, tapi pesan singkat yang masuk. "Sudah otw kah?", pertanyaan singkat yang mengingatkanku pada janji. "Sudah di parkiran" jawabku singkat lengkap dengan emoticon senyum lebar. Pesan super "penting"itu datang dari emak-nya anak-anak alias nyobes (singk: nyonya besar) . Libur sekolah sudah lewat hampir dua minggu, namun sore ini baru berencana jalan.

Hampir empat bulan bocil tak main ke playground, layaknya rutinitas yang kami jalani selama merantau ke Jakarta. Setiap bulan, minimal sekali, "ritual" sambang tempat bermain di Blok M Square, Eat and Play. Selain taman kota yang jadi andalan kami sekeluarga. Jika dihitung, lebih "hemat" daripada harus pergi ke wisata ke Bogor atau Bandung. Dari namanya saja jelas, eat and play. Selepas main dengan puas, yang jelas perut dan mulut akan timbul rasa lapar dan dahaga hahaha

Hal lumrah ketika berkunjung ke sini adalah sandingan alias cemilan selama bermain, popcorn rasa asin dan original. Meski dari rahim yang sama, untuk urusan rasa, duo krucil ini memiliki selera yang berbeda. Dua bungkus berondong jagung ini menjadi menu wajib keduanya. Mereka tak akan rewel dan bawel kalau sudah ada makanan ringan pendamping digenggaman. Minumannya bawa dari rumah, meskipun tak bertahan lama. Otomatis AMDK sudah pasti beli, minimal dua botol tanggung, 300 mililiter. 

Harga tiket masuk di eat and play, Blok M Square ini cukup terjangkau untuk sekelas ibukota, hanya dengan uang empat puluh lima ribu rupiah, buah hati Anda bisa main sepuasnya! Mau seharian? Monggo, tak ada masalah, yang penting jangan bosan atau ngantuk ketika mendampingi si Kecil! Mau keluar arena playground, kemudian masuk kembali juga bisa. Setiap pengunjung sudah di tandai dengan stempel khusus di tangan, tinggal tunjukkan ke petugas jaganya saja. 

Sepeda gowes, becak, trampolin, rumah balon raksasa, ayunan, perosotan, arena mandi bola, adalah permainan gratis yang sediakan pengelola. Adapun wahana berbayar diantaranya kapal remote speedboat, mobil-mobilan listrik, balon air, seluncuran, serta ice skating. Setiap permainan berbeda tarifnya, tapi rata-rata harganya sekitar sepuluh hingga dua puluh ribu rupiah. 

Makanan dan minuman, dari yang berat hingga ringan, panas dan dingin, sudah tersedia di seputaran pintu masuk. Tinggal pilih sesuai selera, dan tentu saja, budget. Makanannya memang relatif mahal jika dibandingkan di pujasera lantai basement. Sebagai informasi, pujasera yang terletak di lantai paling bawah ini, lebih banyak pilihan menunya. Favoritku sih Pecel Ayam Budhe. Selain sambalnya yang hau cek, ayam bakarnya itu loh, rasanya meresap sampai dalam (jadi susah move on) . Pedas, manis, gurih menyatu dalam sepotong dagingnya. Nendang!

Masjid Merah, antara wisata religi dan kuliner

Masjid Moekhlas Sidiq atau lebih dikenal masjid Merah ini terletak di Dusun Sukorame, Desa Duren sewu, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Letaknya cukup strategis, tak jauh dari pintu keluar tol Taman Dayu Pandaan. Hanya sekitar empat sampai lima kilometer. Jika kalian hendak ke sana, dari pintu tol, ambil arah kiri, kemudian langsung ambil haluan kanan, untuk masuk ke area Taman Dayu. 

Dari deretan pertokoan, kalian lurus saja ke arah masuk perumahan Taman Dayu, sekitar dua kilometer. Kalian akan menjumpai pos jaga security, setelah melewati area parkir wisata panci, persis di perempatan dusun. Lalu ambil arah kanan menuju Dusun Sukorame. Dari perempatan itu, sudah terlihat masjid dengan warna mencolok diantara hijaunya padi di sekelilingnya. 

Pertama kali berkunjung ke sini memberikan kesan yang luar biasa, takjub. Selama ini hanya memantau dari raya Taman Dayu saja, tak tahu lanskap di dalamnya seperti apa, hingga pada satu waktu melintas di raya perumahan yang cukup populer di hati masyarakat Pandaan ini, terlihat kelap kelip lampu, mirip di Pendopo Lawas, Jogja. Warna kuning berjajar teratur. "Ada kafenya itu, Mas" sahut adikku. 

Rupanya si pemilik cukup cerdas untuk membaca peluang. Deretan kafe yang lebih dulu muncul, menjadi magnet tersendiri bagi Masjid Merah, untuk menyambut pengunjung yang datang. Fasilitas umum seperti parkir mobil dan motor cukup luas, bahkan untuk menampung puluhan bus wisatawan juga bisa! Sangat luas. 

Menariknya ada spot bermain dan belajar untuk anak-anak, alias playground. Bahkan ada dua tempat! HTM-nya terjangkau, cukup sepuluh ribu kalau week day, dan lima belas ribu apabila weekend. Bedanya, di sini syaratnya tak terlalu ribet jika dibandingkan dengan aturan main di ibukota. Pengunjung tak perlu mengenakan kaos kaki dan gratis bagi pendamping untuk masuk ke arena playground

Apabila Anda dan keluarga ingin berkeliling mengitari area masjid, sementara kaki sudah mulai pegal-pegal, Anda bisa menyewa mobil odong-odong. Kelap-kelip lampu dan musik dangdut akan menemani Anda selama mengitari area masjid. Cukup rogoh kocek sepuluh ribu per orang, Anda bisa menikmati setiap pojok wisata religi di Masjid Merah! 

Selain odong-odong, masih ada Andong yang ditarik hewan Purbakala! Dari Tyrex hingga Triceratop juga bisa Anda tumpangi. Bentuknya mirip andong jaman dulu, bedanya ini ditarik para dinosaurus, dibantu dengan mesin. Tinggal mainkan gas dan rem saja. Unik bukan? Tapi yang tak kalah menarik, becak atau andong elektrik ini ditarik oleh "orang Korea". Kok bisa? penasaran? Langsung saja meluncur ke Masjid Merah.

Kuliner dan Live Musik

Tak jauh dari parkir mobil, Anda akan disambut oleh pramusaji resto yang standby persis di depan pintu masuk. Setiap wisatawan yang datang akan disodori daftar menu yang tersedia. Bebas, Anda mau mampir untuk makan atau minum. Bolpoin, daftar menu dan nota pemesanan bisa dibawa terlebih dahulu, tak harus langsung ke resto! Jadi tak perlu kaget ya! 

Jika anda dan keluarga memang berniat kuliner, tak ada salahnya mencoba menu yang ada di resto merah. Selain harganya ramah di kantong, pilihan menunya cukup banyak! Pesan langsung bayar di kasir, begitu sistem yang dilakukan di restoran ini. Anda tinggal menunjukkan nomor meja, maka pelayan pun akan mengantar pesanan Anda. Waktu tunggunya juga tak terlalu lama, cukup cepat. Meskipun pilihan menunya cukup variatif, pelatarannya luas dan pengunjungnya membeludak, servisnya cukup cekatan. Terbukti ketika rombongan kami sowan kemari, puncak libur sekolah, tepat di hari Sabtu. Wow banget ramainya. 

Minum kopi sambil menikmati live musik dan semilir angin gunung? Bisa banget! Bahkan  Anda bisa request lagu loh, itung-itung sambil menunggu pesanan datang, ya nggak? Tentu saja jangan lupa kasih apresiasi buat pemusiknya ya. Kalau bosan dengerin musik atau nggak cocok dengan musik yang lagi dimainkan, tinggal aja untuk ber-swa foto. Ada beberapa spot foto yang bisa Anda manfaatkan untuk mengabadikan momen bersama keluarga. Jika perlu, pakai peci, baju koko, dan sarung warna merah, lalu foto dengan background masjid. Dijamin Anda akan jadi invisible, jadi makhluk tak kasat mata. 

Sekenyang-kenyangnya perut, dan sesenang-senangnya hati, jangan lupa untuk beribadah. Apalagi saat berkunjung ke Masjid Merah, setuju kan?

Masjid Merah Pandaan




Arena playground anak

Resto dan Kafe Sumringah


Odong-odong kelap kelip


Mewarna gambar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bali The Last Paradise

Hari pertama, langsung gas. Tak kendor sedikitpun meski mata terasa berat. Kantuk melanda sebagian peserta. Efek berangkat dini hari, bahkan rombongan flight pertama (jam 05:00) sudah stand by di bandara Soetta sejak pukul 03:00 dini hari! Hebat bukan? Ya, peserta harus berada di titik kumpul sesuai arahan dari travel agent dua jam sebelum pesawat lepas landas. Hal ini untuk mempermudah baik panitia, agen perjalanan dan peserta koordinasi, dan pastinya tak ketinggalan pesawat!  Berangkat di pagi buta memang tak mudah bagi sebagian peserta (termasuk saya pribadi hehehe ). Dibutuhkan kemauan, semangat dan tekad yang luar biasa untuk bangkit dari tempat tidur, bersih badan alias mandi dan gosok gigi, jangan lupa pakai baju dan semprot parfum yang wangi! 😂 Beruntung itinerary sudah di share komite dari jauh hari. Jadi tak perlu bingung dan bimbang, bawaan yang “wajib” dibawa pada saat workshop berlangsung pun sudah lengkap diinformasikan, termasuk kebutuhan pribadi seperti obat-o...

Balada Pejuang Bus Antarkota

Pasutri itu tiba-tiba menepi, persis di bawah JPO. Awalnya kukira mereka hanya berdua, ternyata si kecil nyempil di boncengan tengah. Hujan memang tiba-tiba turun dengan derasnya, disertai angin yang juga cukup kencang. Laju kendaraan tertahan, tak bisa melaju secepat biasanya. Puncak jam “sibuk” Kota Pahlawan. Lima menit, sepuluh menit, hujan semakin menjadi. Keluarga kecil nampak bingung, mencari tempat yang nyaman untuk putranya. “Duduk saja di situ Bu, ada tempat kosong” Aku berseloroh. Sembari menggiring anaknya, “Iya, terima kasih Pak” sambil berlalu.  Membuntuti dibelakang si Bapak, sambil menenteng keresek tanggung warna putih, lengkap dengan kotak makanan warna cokelat, bertumpuk dua. Motor yang ditumpanginya pun dibiarkan tergeletak begitu saja, di tepi jalan, di bawah jembatan penyeberangan orang. “Di sana kering, nggak ada hujan, di sini langsung deras” Pungkasnya sambil menuding ke arah jalur yang dia lalui. Aku tersenyum, “Ya memang cuaca akhir-akhir ini mirip tahu bu...

Bekal yang Tertinggal, Hati yang Pulang

Nasi bungkus Pagi masih belum disapa mentari sempurna, masih gelap, redup, sepi. Namun, jalan sudah basah, padahal semalam tak turun hujan. Persis di tikungan jalan keluar kampung. Ternyata penjual nasi-lah yang menyiram. Memang tepat di belakangnya mengalir sungai yang cukup jernih dengan debit air yang melimpah. Meskipun sudah memasuki kemarau, tapi hujan tak pernah sungkan untuk datang. Orang bilang saat ini sedang “kemarau basah”. Kadang untuk memilih nama saja, kita kesulitan. Jangankan hati, bahasa saja orang tak sanggup menerjemahkan!  Pagi ini terburu-buru untuk berangkat, tapi setidaknya aku masih bisa menikmati sunyinya Subuh. Emakku sedang asyik mengajakku ngobrol, sampai lupa bahwa elf yang akan membawaku ke kota pahlawan, lima menit lagi akan berangkat.  Arloji yang melingkar di tangan kiriku seolah tak kenal kompromi dengan waktu. Tak pernah molor, tak juga dipercepat, pas! Arloji tak pernah ingkar janji, kecuali baterainya minta ganti atau waktunya diisi.  ...