Langsung ke konten utama

Corong Pemilu

Malang, 24 Maret 2019

*Corong #Pemilu2019

Matahari masih enggan 'menampakkan' diri pagi itu. Hanya sinarnya yang redup mulai tampak menyorot apapun yang dilaluinya. Hawa sejuk masih mengitari Bumi Arema dsk, maklumlah hujan mengguyur hampir setengah hari lamanya, kemarin. Coba melihat kearah penunjuk waktu, jarum jam masih menunjukkan 08.00. Weekend yang harus 'ditunda', selain karena musim hujan, kalender juga masih diangka dua sekian😀

Akhir pekan memang momen yang ditunggu setiap orang, tak terkecuali karyawan. Dengan rutinitas yang luar biasa dalam sepekan, otak dan fisik butuh refresh dan istirahat. Namun, 'fatwa' ini tidak berlaku bagi pelaku politik. Ya, #2019 merupakan momen rutin lima tahunan alias tahun politik. Panggung yang disediakan negara demokrasi untuk seluruh rakyat memilih wakilnya, baik dilevel Kabupaten, Provinsi maupun Nasional.

Lihat saja geliat pesta lima tahunan itu, jauh hari sebelum hari 'H' mulai nampak alat peraga kampanye (APK) bertebaran hampir diseluruh pelosok. Entah itu bendera parpol, poster maupun baliho. Momen Pemilu memang tak pernah luntur gaung nya. Selalu gebyar dan semarak. Meskipun akhir-akhir ini cara berkampanye yang agak berbeda dengan jaman negeri ini hanya diikuti tiga partai saja.

Pemilu tak pernah sepi peminat. Hampir setiap pagelaran Pemilu muncul nama-nama baru yang 'mengadu nasib' untuk menjadi calon legislatif. Meskipun tak sedikit wajah lama yang ingin mengulang 'sukses' duduk sebagai anggota dewan. Sudah banyak media, baik cetak maupun online yang memberitakan sosok Caleg yang 'nyleneh'. Bukan berarti gila dsb., akan tetapi dari latar belakang profesinya. Yang sedang viral ada di Jatim, penjual gorengan yang 'nekad' maju sebagai calon anggota legislatif. Berbekal stiker si Caleg berusaha menyosialisasikan visi dan misinya. Bisa dibilang caleg 'bonek'.

Kalau jaman Orba, jumlah parpol masih bisa dihitung dengan jari. Bandingkan dengan saat ini, jumlah parpol cukup banyak bahkan untuk menghitungnya bisa pinjam jari tetangga sebelah dan sebelahnya lagi 😁

Jika diambil positifnya perputaran dana dimasyarakat akan lebih cepat jika dibandingkan dengan tahun-tahun biasa. Bisa dibayangkan dengan sedemikian banyak APK yang terpasang diseluruh negeri ini, akan membutuhkan berapa banyak usaha percetakan dan garmen yang terlibat proses produksinya? Belum lagi industri kreatif yang membidik para pemilih pemula (milenial).

Menariknya semakin tahun strategi kampanye untuk mengambil hati para pemilih semakin bergeser. Jika dulu sering dijumpai kampanye dijalanan umum dengan pengeras suara beserta atributnya, saat ini cara seperti itu sudah mulai berkurang. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika kampanye masih memanfaatkan jalan raya? Dengan jumlah parpol kontestan pemilu #2019 yang cukup banyak.

Usut punya usut, strategi pemenangan caleg saat ini mulai 'door to door'. Mulai dari mengadakan acara bakti sosial hingga 'arisan'. Memang tak perlu hingar bingar berlebihan untuk sosialisasi program ke warga. Pertemuan 'rutin' cukup efektif untuk menjangkau massa. Baik dari sisi ekonomi maupun efektifitas. Memang bekal untuk menjadi calon anggota legislatif tidak hanya ditahun politik, akan tetapi kiprah dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dalam kesehariannya, jauh lebih efektif.

Jika kampanye hanya dijadikan pemanis alias 'pencitraan', mustahil bagi caleg untuk menembus gedung DPR/RI/Prov/Daerah. Karena untuk menyelesaikan masalah tidak cukup CORONG (pengeras suara) untuk berkoar-koar!!!!!






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bali The Last Paradise

Hari pertama, langsung gas. Tak kendor sedikitpun meski mata terasa berat. Kantuk melanda sebagian peserta. Efek berangkat dini hari, bahkan rombongan flight pertama (jam 05:00) sudah stand by di bandara Soetta sejak pukul 03:00 dini hari! Hebat bukan? Ya, peserta harus berada di titik kumpul sesuai arahan dari travel agent dua jam sebelum pesawat lepas landas. Hal ini untuk mempermudah baik panitia, agen perjalanan dan peserta koordinasi, dan pastinya tak ketinggalan pesawat!  Berangkat di pagi buta memang tak mudah bagi sebagian peserta (termasuk saya pribadi hehehe ). Dibutuhkan kemauan, semangat dan tekad yang luar biasa untuk bangkit dari tempat tidur, bersih badan alias mandi dan gosok gigi, jangan lupa pakai baju dan semprot parfum yang wangi! 😂 Beruntung itinerary sudah di share komite dari jauh hari. Jadi tak perlu bingung dan bimbang, bawaan yang “wajib” dibawa pada saat workshop berlangsung pun sudah lengkap diinformasikan, termasuk kebutuhan pribadi seperti obat-o...

Balada Pejuang Bus Antarkota

Pasutri itu tiba-tiba menepi, persis di bawah JPO. Awalnya kukira mereka hanya berdua, ternyata si kecil nyempil di boncengan tengah. Hujan memang tiba-tiba turun dengan derasnya, disertai angin yang juga cukup kencang. Laju kendaraan tertahan, tak bisa melaju secepat biasanya. Puncak jam “sibuk” Kota Pahlawan. Lima menit, sepuluh menit, hujan semakin menjadi. Keluarga kecil nampak bingung, mencari tempat yang nyaman untuk putranya. “Duduk saja di situ Bu, ada tempat kosong” Aku berseloroh. Sembari menggiring anaknya, “Iya, terima kasih Pak” sambil berlalu.  Membuntuti dibelakang si Bapak, sambil menenteng keresek tanggung warna putih, lengkap dengan kotak makanan warna cokelat, bertumpuk dua. Motor yang ditumpanginya pun dibiarkan tergeletak begitu saja, di tepi jalan, di bawah jembatan penyeberangan orang. “Di sana kering, nggak ada hujan, di sini langsung deras” Pungkasnya sambil menuding ke arah jalur yang dia lalui. Aku tersenyum, “Ya memang cuaca akhir-akhir ini mirip tahu bu...

Bekal yang Tertinggal, Hati yang Pulang

Nasi bungkus Pagi masih belum disapa mentari sempurna, masih gelap, redup, sepi. Namun, jalan sudah basah, padahal semalam tak turun hujan. Persis di tikungan jalan keluar kampung. Ternyata penjual nasi-lah yang menyiram. Memang tepat di belakangnya mengalir sungai yang cukup jernih dengan debit air yang melimpah. Meskipun sudah memasuki kemarau, tapi hujan tak pernah sungkan untuk datang. Orang bilang saat ini sedang “kemarau basah”. Kadang untuk memilih nama saja, kita kesulitan. Jangankan hati, bahasa saja orang tak sanggup menerjemahkan!  Pagi ini terburu-buru untuk berangkat, tapi setidaknya aku masih bisa menikmati sunyinya Subuh. Emakku sedang asyik mengajakku ngobrol, sampai lupa bahwa elf yang akan membawaku ke kota pahlawan, lima menit lagi akan berangkat.  Arloji yang melingkar di tangan kiriku seolah tak kenal kompromi dengan waktu. Tak pernah molor, tak juga dipercepat, pas! Arloji tak pernah ingkar janji, kecuali baterainya minta ganti atau waktunya diisi.  ...