Langsung ke konten utama

Tretes, Paris van Java-nya Pasuruan

Pasuruan, 1 Desember 2019

Hawa dingin mulai terasa ketika tubuh ini berhenti ditepi jalan, tepat didepan sebuah bangunan tua yang tampak tak terurus. Rumput tumbuh dengan liarnya dan ditambah ranting serta dedaunan yang berserakan disana sini. Halaman yang luas lengkap dengan "jalan setapak" tampak tertata rapi mulai dari pagar masuk, hingga pintu utama. Kabut pun mulai menggelayut dan menerobos diantara sela dedaunan cemara. Pekikan kumbang cukup memekakkan telinga, khas daerah pegunungan!

Ya, Tretes! Kawasan wisata yang sudah tak asing ditelinga khalayak. Destinasi wisata pegunungan yang terletak diantara gugusan Gunung Arjuna dan Welirang ini memang terkenal dengan hawa dingin nan menyejukkan. Secara administratif, Tretes terletak di Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Berada diketinggian 600-700 DPL membuat suhu disekitar wilayah Tretes berkisar diantara 18-22 derajad celcius.

Wilayah ini sudah menjadi perbincangan sejak masa pendudukan kolonial Belanda. Stereotip negatif  memang melekat sejak dulu. Bisnis "esek-esek" tumbuh subur pada masanya, tak salah jika sangat mudah dijumpai bangunan bekas villa jadul yang mulai tak terurus sekarang. Sejauh kendaraan anda melintas dijalanan Tretes, akan banyak anda temui gedung-gedung tua yang mulai ditinggalkan sang empu nya. Karakter bangunan tua yang  cukup melekat dapat dilihat dari dindingnya berornamen batu alam, ditambah atap bagian depan berbentuk segitiga yang cukup tinggi.

Banyak diantara bangunan tua bekas villa yang mulai dijual, beberapa tampak tak terurus, namun masih ada yang terlihat dalam kondisi bagus. Sayangnya Pemkab Pasuruan kurang aktif dan kreatif dalam menyikapi fenomena ini. Villa dan bangunan tua seharusnya bisa diambil alih dan dimanfaatkan untuk wisata edukasi. Apapun yang terlanjur melekat tentang Tretes, pemerintah tetap punya andil untuk mengubah pandangan negatif.

Tretes memang sedang memperbaiki citranya. Terhitung ada dua tempat wisata baru yang diresmikan Pemkab Pasuruan, yakni jendela langit dan pintu langit yang masih berada di Kecamatan Prigen. Melengkapi destinasi wisata yang sudah eksis sebelumnya seperti Air Terjun Kakek Bodo, Putuk Truno dan Sekuti. Ditambah lagi Finna Golf, Taman Safari Indonesia II serta Candi Jawi. Dalam waktu dekat, bisa jadi destinasi wisata edukasi bakal bertambah dengan diresmikannya Cimory Land plant Prigen.

Landscape yang hampir mirip dengan Kawasan Wisata Batu (KWB) Malang namun beda "treatment" membuat kawasan wisata Tretes mulai ditinggalkan wisatawan. Sentuhan pengampu Pasuruan masih sangat dibutuhkan!!!

#Tretes #Prigen #KabupatenPasuruan #Pasuruan #JawaTimur #Jatim #Indonesia #PasuruanBisa #BanggaPasuruan #Wisata #WisataTretes #TretesBaik #TretesBisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bali The Last Paradise

Hari pertama, langsung gas. Tak kendor sedikitpun meski mata terasa berat. Kantuk melanda sebagian peserta. Efek berangkat dini hari, bahkan rombongan flight pertama (jam 05:00) sudah stand by di bandara Soetta sejak pukul 03:00 dini hari! Hebat bukan? Ya, peserta harus berada di titik kumpul sesuai arahan dari travel agent dua jam sebelum pesawat lepas landas. Hal ini untuk mempermudah baik panitia, agen perjalanan dan peserta koordinasi, dan pastinya tak ketinggalan pesawat!  Berangkat di pagi buta memang tak mudah bagi sebagian peserta (termasuk saya pribadi hehehe ). Dibutuhkan kemauan, semangat dan tekad yang luar biasa untuk bangkit dari tempat tidur, bersih badan alias mandi dan gosok gigi, jangan lupa pakai baju dan semprot parfum yang wangi! 😂 Beruntung itinerary sudah di share komite dari jauh hari. Jadi tak perlu bingung dan bimbang, bawaan yang “wajib” dibawa pada saat workshop berlangsung pun sudah lengkap diinformasikan, termasuk kebutuhan pribadi seperti obat-o...

Balada Pejuang Bus Antarkota

Pasutri itu tiba-tiba menepi, persis di bawah JPO. Awalnya kukira mereka hanya berdua, ternyata si kecil nyempil di boncengan tengah. Hujan memang tiba-tiba turun dengan derasnya, disertai angin yang juga cukup kencang. Laju kendaraan tertahan, tak bisa melaju secepat biasanya. Puncak jam “sibuk” Kota Pahlawan. Lima menit, sepuluh menit, hujan semakin menjadi. Keluarga kecil nampak bingung, mencari tempat yang nyaman untuk putranya. “Duduk saja di situ Bu, ada tempat kosong” Aku berseloroh. Sembari menggiring anaknya, “Iya, terima kasih Pak” sambil berlalu.  Membuntuti dibelakang si Bapak, sambil menenteng keresek tanggung warna putih, lengkap dengan kotak makanan warna cokelat, bertumpuk dua. Motor yang ditumpanginya pun dibiarkan tergeletak begitu saja, di tepi jalan, di bawah jembatan penyeberangan orang. “Di sana kering, nggak ada hujan, di sini langsung deras” Pungkasnya sambil menuding ke arah jalur yang dia lalui. Aku tersenyum, “Ya memang cuaca akhir-akhir ini mirip tahu bu...

Bekal yang Tertinggal, Hati yang Pulang

Nasi bungkus Pagi masih belum disapa mentari sempurna, masih gelap, redup, sepi. Namun, jalan sudah basah, padahal semalam tak turun hujan. Persis di tikungan jalan keluar kampung. Ternyata penjual nasi-lah yang menyiram. Memang tepat di belakangnya mengalir sungai yang cukup jernih dengan debit air yang melimpah. Meskipun sudah memasuki kemarau, tapi hujan tak pernah sungkan untuk datang. Orang bilang saat ini sedang “kemarau basah”. Kadang untuk memilih nama saja, kita kesulitan. Jangankan hati, bahasa saja orang tak sanggup menerjemahkan!  Pagi ini terburu-buru untuk berangkat, tapi setidaknya aku masih bisa menikmati sunyinya Subuh. Emakku sedang asyik mengajakku ngobrol, sampai lupa bahwa elf yang akan membawaku ke kota pahlawan, lima menit lagi akan berangkat.  Arloji yang melingkar di tangan kiriku seolah tak kenal kompromi dengan waktu. Tak pernah molor, tak juga dipercepat, pas! Arloji tak pernah ingkar janji, kecuali baterainya minta ganti atau waktunya diisi.  ...