Langsung ke konten utama

Pororo, Pop-Up, dan Perpustakaan: Cerita Akhir Pekan Bersama Anak

Percakapan pagi hari

Ide itu memang datang tiba-tiba, tak perlu diundang, namun masalahnya, kadang "eksekusinya" yang kurang. Benar kata orang kebanyakan, ide itu melayang di pikiran, tinggal kitanya saja, mau "petik" ide itu, atau membiarkannya hilang bersama bayang-bayang. 

Ide tak perlu muluk-muluk, sederhana saja, yang penting Anda bisa langsung "beraksi". Termasuk pagi ini, selepas mengantar anak lanang untuk ekskul, otak ini seolah berbisik, "bagaimana kalau setelah ini, kalian pergi ke perpustakaan kota?" Begitu godanya pagi itu. 

Sementara dari balik telepon, emaknya anak-anak mengingatkan pesanannya, "jangan lupa beli obat dan vitamin" menutup percakapan. Sebelumnya tentu saja memastikan posisiku dimana, padahal jelas-jelas sedang perjalanan ngantar tole ke sekolahan. 

Sambil mengendalikan motor beat hitam yang masih kinclong, bergegaslah menuju apotek, sesuai pesanan dewan pengawas rumah tangga. Boleh juga tawaran berakhir pekan ke perpustakaan, meskipun kebiasaan itu sebenarnya sudah ada sejak kami merantau ke ibukota, lebih tepatnya taman baca. 

Kini setelah balik kucing, belum sekalipun menginjakkan kaki ke taman baca atau perpustakaan. "Oke, ini adalah waktu yang tepat, terima kasih sudah memberikan masukan untukku" seperti itulah "percakapan batin" pagi ini. 

Meluncur ke Idjen Heritage

Setelah menunggu satu setengah jam lamanya, tibalah si Kakak pulang ekstrakurikuler. Janji pagi itu untuk beli vitamin dan jajan sekalian jalan ke sekolah tak terwujud. Jamnya mepet, itu artinya kami berdua harus bergegas tancap gas. Ucapan maaf ngeloyor begitu saja, "maaf ya Le, sudah jam delapan, nanti aja sepulang sekolah kita main sama adek dan mama"

Kata-kata itulah yang men-trigger otak ku untuk mencari solusi. Bukan hanya bermain, tapi juga bisa belajar. "Le, kita main ke perpustakaan yuk!" ajakku. Tanpa pikir panjang, doi langsung meng-iya-kan tawaranku. Saat itu, dia pun tak menagih janjiku padanya tadi pagi. "Adek, mama, ayo main ke perpus kota!" rupanya Kakak mengulang percakapan kami selama di perjalanan. 

"Yeay, adek mau Kak" sahut putri kecilku. "Adek pernah pergi ke perpustakaan sama teman sekolah" ucapnya. "Waktu itu adek naik bus Macito lho" tambahnya. Anak wedok pun menyambut antusias ajakan sang Kakak. "Adek mau ganti baju, Ma" pintanya sambil merengek. 

Sementara si kakak menunggu adek dan mamanya, sambil memamerkan hasil menggambarnya di sekolah. Rupanya di sekolah tadi, dia diajarkan menggambar lakon kesayangannya, penguin. "Kakak menggambar Pororo, Pak, lihat ini" pungkasnya sambil menunjukkan ke seluruh isi rumah. 

Setelah semuanya bersiap, kami pun meluncur ke perpustakaan kota. 

Proses registrasi

Niatnya memang jalan-jalan sambil belajar, tapi cobaan itu nyata. Si Emak yang sedari awal sudah mendeklarasikan bahwa sudah paham lokasi perpustakaan, tiba-tiba jadi lupa. Hanya mengandalkan ingatan, kalau perpustakaan kota itu ada di Jalan Ijen. Letak persisnya, masih mencoba mengingat-ingat. 

Dua kali kami harus mengelilingi Jalan Ijen, pasalnya dua kali pula kami bablas. Putra-putri ku spontan menyalahkan sang Bunda, maklum, dari ceritanya,  mama dan adek sudah pernah berkunjung kemari, bahkan belum genap sebulan. Aku hanya tersenyum simpul karena mamanya "diserang" duo bocil. hahaha

Letaknya cukup strategis, persis di pojok  pertigaan menuju ke arah Stadion Gajayana. Berada di tengah bangunan bersejarah nan menyejukkan, membuat pengunjung perpustakaan sepertinya bakal betah dan berlama-lama di sini. Pohon palm tinggi menjulang serta pohon rambatan menyambut setiap pengunjung yang datang. 

Parkir motor cukup memadai, meskipun memang tak terlalu luas. Mobil juga bisa parkir masuk, tapi tak seluas lahan parkir roda dua, dan yang penting teduh. 

Kami berempat pun masuk melalui pintu utama dan langsung disambut oleh petugas jaga dengan ramah. Hal yang pertama kami tanyakan, tentu saja alur agar supaya kami bisa mengakses buku serta fasilitas perpustakaan. Ternyata setiap pengunjung dihimbau untuk mendaftar diri sebagai anggota. Tak perlu semuanya mendaftar, cukup satu anggota keluarga saja yang didaftarkan. 

Di sisi kanan dan kiri, terpasang dua layar monitor. Satu untuk absensi perpustakaan umum, dan satunya adalah akses ke perpustakaan anak! Serunya lagi, ada pojok anak, mainan dengan luas sekitar 2x2 meter, berada di area loby perpustakaan. Situasi ini cukup menguntungkan untuk ku yang sedang sibuk registrasi. 

Pendaftarannya melalui online, hanya berbekal scan barcode yang ada di meja petugas, sejurus kemudian mengisi biodata diri. Siapkan identitas diri berupa KTP. Beberapa kolom wajib diisi, jika tidak, proses pendaftaran tidak dapat dilanjutkan, termasuk pengalaman pribadiku yang terlewat mengisi nomor induk kependudukan alias NIK hehehe

Salah satu keunggulan pendaftaran secara daring ya itu, tak bisa lolos kalau syarat administratif tak terpenuhi. Tak perlu ditegur petugas juga, tinggal isikan kekurangan datanya. Cepat, tepat dan akurat. Tak sampai sepuluh menit, pengisian form pendaftaran selesai! 

Langkah berikutnya adalah verifikasi ulang oleh petugas. Tak sampai lima menit setelah submit biodata, aku pun dipanggil petugas, diminta menunjukkan KTP asli. Pengecekan pun berlangsung tak sampai lima menit, sembari mendapatkan briefing singkat, tentang alur dan prosedur memasuki area baca! Kartu Tanda Anggota pun dikirimkan melalui email terdaftar. Proses pendaftaran tuntas! 

Masuk ke Perpustakaan Anak

Duo bocil yang asyik bermain di pojok playground pun kami ajak memasuki pojok baca anak. Eits, tunggu, ada yang perlu diperhatikan ya! Setiap barang bawaan, termasuk tas, makanan dan minuman wajib dititipkan di loker. Kalau ingin membawa tas, harus memakai tas yang telah disediakan. 

Cukup scan barcode dari KTA, Anda akan diberikan kunci akses ke loker. Tas perpustakaan berwarna kecoklatan dipadukan dengan plastik transparan itu, mirip tas belanja. Cukup besar dan lega. Anda wajib mengisi buku absen yang berada di petugas jaga di ruang perpustakaan anak. Absen barcode iya, mengisi daftar kunjungan juga iya. Dua kali absen! 

Anak lanang yang baru pertama berkunjung ke sini, cukup antusias untuk langsung tune in dengan buku-buku ensiklopedia yang tergeletak di meja baca. Ruangannya cukup nyaman, dengan AC yang sejuk. Gambar wallpaper nya pun cukup keren, berlatar belakang ruang angkasa, lengkap dengan bintang, roket dan astronotnya. 

Aku menyaksikan dia langsung membaca pop up interaktif CILUKBA. Buku yang cukup unik dan penuh warna, eye catching bahasa timur nya. Begitu juga anak gadis, dia tampak asyik membuka setiap halaman dari buku pop up ini. Si Kakak serius membaca pop up luar angkasa, sementara si Adek begitu sibuk membolak-balik setiap halaman, tanpa sedikitpun membacanya. Adek lebih sibuk membuat cerita sendiri di setiap halaman yang dibukanya! 

Tak hanya membaca, di perpustakaan anak ini juga tersedia pojok mewarna lho! Putra-putri Anda yang gemar mewarnai, bisa mampir ke sini. Gambar dan crayon sudah disediakan oleh perpustakaan, tinggal digunakan saja, yang penting tertib ya adek-adek, karena pensil warnanya terbatas, hanya dua kotak saja! 

Melipir ke lantai dua, perpustakaan utama

Setelah hampir sejam menemani si kecil, aku berpamitan ke emaknya untuk menuju ruang baca yang berada di lantai dua. Suasana khas perpustakaan, meskipun pengunjungnya cukup banyak, namun tak sedikitpun suara manusia terdengar. Hanya suara pintu yang terbuka dan tertutup, serta gesekan sandal sepatu pengunjung yang lalu lalang. 

Dilantai dua, pengunjung juga diwajibkan untuk mengisi buku tamu. Di ruang pertama yang saya jumpai, berisi kumpulan buku eksakta, ilmu hukum, serta kompilasi media cetak dari berbagai sumber. Dijilid seperti buku skripsi. Ada Jawa Pos, Kompas, Malang Post. Setiap buku berisi koran lengkap dengan periode per bulan. Jadi Anda bisa menikmati satu buku penjilidan ini dalam satu bulan. 

Semakin masuk ke bangunan utama, ada pojok Braille. Diperuntukkan khusus untuk pengunjung tunadaksa. Ada juga kumpulan kitab kuning dan tafsir Al-Quran yang tersusun sangat rapi. 

Memasuki ruang utama perpustakaan di lantai dua, cukup banyak rak yang berjajar. Banyak buku tersedia di sini. Setiap rak, berisi buku dengan tema yang sama dengan berbagai pengarang dan penerbit. Mulai dari filsafat, psikologi, hukum dagang, hukum ekonomi, buku agama dan masih banyak buku ilmu-ilmu yang lainnya. 

Tata tertibnya adalah setiap buku yang akan Anda baca, jangan lupa untuk di scan barcode dulu ke petugas jaga ya! Demi kenyamanan bersama, setelah membaca, taruhlah buku di rak yang telah disediakan. 

Tak terasa, waktu tiga jam seperti lima menit saja di sini. Pengalaman pertama berkunjung ke sini, membuat setiap putaran jarum jam terasa begitu cepat, bahkan seperti kedipan mata saja. Banyak di antara pengunjung di sini adalah pelajar dan mahasiswa. 

Dari ide yang melintas di pagi hari, kami menemukan hangatnya kebersamaan di antara rak-rak buku. Tak perlu jauh untuk bahagia—cukup satu langkah kecil menuju perpustakaan, dan dunia pun terbuka lebar. Di sana, kami tak hanya membaca, tapi juga menulis cerita kami sendiri.

~**Jika tak sempat membaca satu buku, bacalah satu halaman.

Jika satu halaman pun terasa berat, cobalah satu paragraf.

Jika satu paragraf masih terlalu panjang, cukup satu kalimat.

Dan jika satu kalimat pun tak mampu kau baca,

bacalah satu kata saja—kata yang menggugah kesadaran:

Mengapa?**~

Malang, 13 September 2025

Evolusi alam dari waktu ke waktu. Dari berburu meramu hingga fase saat ini

Pop up interaktif Dinosaurus

Pop up interaktif peternakan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bali The Last Paradise

Hari pertama, langsung gas. Tak kendor sedikitpun meski mata terasa berat. Kantuk melanda sebagian peserta. Efek berangkat dini hari, bahkan rombongan flight pertama (jam 05:00) sudah stand by di bandara Soetta sejak pukul 03:00 dini hari! Hebat bukan? Ya, peserta harus berada di titik kumpul sesuai arahan dari travel agent dua jam sebelum pesawat lepas landas. Hal ini untuk mempermudah baik panitia, agen perjalanan dan peserta koordinasi, dan pastinya tak ketinggalan pesawat!  Berangkat di pagi buta memang tak mudah bagi sebagian peserta (termasuk saya pribadi hehehe ). Dibutuhkan kemauan, semangat dan tekad yang luar biasa untuk bangkit dari tempat tidur, bersih badan alias mandi dan gosok gigi, jangan lupa pakai baju dan semprot parfum yang wangi! 😂 Beruntung itinerary sudah di share komite dari jauh hari. Jadi tak perlu bingung dan bimbang, bawaan yang “wajib” dibawa pada saat workshop berlangsung pun sudah lengkap diinformasikan, termasuk kebutuhan pribadi seperti obat-o...

Balada Pejuang Bus Antarkota

Pasutri itu tiba-tiba menepi, persis di bawah JPO. Awalnya kukira mereka hanya berdua, ternyata si kecil nyempil di boncengan tengah. Hujan memang tiba-tiba turun dengan derasnya, disertai angin yang juga cukup kencang. Laju kendaraan tertahan, tak bisa melaju secepat biasanya. Puncak jam “sibuk” Kota Pahlawan. Lima menit, sepuluh menit, hujan semakin menjadi. Keluarga kecil nampak bingung, mencari tempat yang nyaman untuk putranya. “Duduk saja di situ Bu, ada tempat kosong” Aku berseloroh. Sembari menggiring anaknya, “Iya, terima kasih Pak” sambil berlalu.  Membuntuti dibelakang si Bapak, sambil menenteng keresek tanggung warna putih, lengkap dengan kotak makanan warna cokelat, bertumpuk dua. Motor yang ditumpanginya pun dibiarkan tergeletak begitu saja, di tepi jalan, di bawah jembatan penyeberangan orang. “Di sana kering, nggak ada hujan, di sini langsung deras” Pungkasnya sambil menuding ke arah jalur yang dia lalui. Aku tersenyum, “Ya memang cuaca akhir-akhir ini mirip tahu bu...

Bekal yang Tertinggal, Hati yang Pulang

Nasi bungkus Pagi masih belum disapa mentari sempurna, masih gelap, redup, sepi. Namun, jalan sudah basah, padahal semalam tak turun hujan. Persis di tikungan jalan keluar kampung. Ternyata penjual nasi-lah yang menyiram. Memang tepat di belakangnya mengalir sungai yang cukup jernih dengan debit air yang melimpah. Meskipun sudah memasuki kemarau, tapi hujan tak pernah sungkan untuk datang. Orang bilang saat ini sedang “kemarau basah”. Kadang untuk memilih nama saja, kita kesulitan. Jangankan hati, bahasa saja orang tak sanggup menerjemahkan!  Pagi ini terburu-buru untuk berangkat, tapi setidaknya aku masih bisa menikmati sunyinya Subuh. Emakku sedang asyik mengajakku ngobrol, sampai lupa bahwa elf yang akan membawaku ke kota pahlawan, lima menit lagi akan berangkat.  Arloji yang melingkar di tangan kiriku seolah tak kenal kompromi dengan waktu. Tak pernah molor, tak juga dipercepat, pas! Arloji tak pernah ingkar janji, kecuali baterainya minta ganti atau waktunya diisi.  ...