Rocky Gerung dan Menkeu Baru
Siapa lagi kalau bukan ulah Rocky Gerung, si "Raja Debat", sekaligus akademisi yang tak pernah "terbawa emosi". Namanya melejit karena begitu vokal mengkritisi kebijakan ataupun statement penyelenggara negara! Bahkan kontroversi "mengkritik" sekelas presiden pun, pernah beliau lakukan. Keren sih!
Sikap kritis yang mulai terkikis seiring "perubahan politik" dinamis. Berani beda, ketika koalisi parpol di pemerintahan semakin "gemuk". "Koalisi keroyokan" ini bukan tak beresiko, karena mayoritas parpol akan "diam" ketika jatah dan janji politik terpenuhi. Saat itulah, "penyeimbang" diperlukan, diluar parpol, seperti sosok RG ini.
RG hadir bak oase di tengah pergumulan politik mulai "gersang" karena daya tawar politik yang tak lagi menarik, tak ada "oposisi". Hampir semua pimpinan parpol dapat jatah kursi. Itulah yang membuat negara terasa kering lagi kerontang. Nyaman itu membutakan dan itu nyata adanya. Laten KKN pun tumbuh subur. Semua aturan diterabas, cenderung tak ada yang menekan tombol peringatan, "negara dalam bahaya".
Terbaru RG nyentil sang Menkeu yang baru kemarin sore dilantik, karena bawa-bawa dua nama presiden di masa sebelumnya. Namun nadanya sinis ketika menyebut Jokowi, tau kan kenapa? hehehe
Ditengah karut-marutnya perpolitikan dalam negeri, secercah harapan itu muncul. Presiden Prabowo mulai berani mengambil langkah tegas dengan mencopot pembantunya di pemerintahan yang dinilai kurang maksimal. Dampaknya luar biasa, lima pos strategis menteri resmi diganti pada awal bulan September!
Komentar tajam keluar dari mulut seorang RG atas ucapan menteri keuangan yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Saya yang mengikuti berita "reshuffle" kabinet dari awal, mulai tertarik dengan strategi Presiden Prabowo Subianto. Tak tanggung-tanggung, lima pos kementerian di otak-atik!
Reshuffle bukan tanpa dasar, tapi rakyat sudah terlanjur kepalang "emosi" dengan komentar pejabat yang mulai ngelantur dan ngawur. Semuanya ada puncaknya. Ditambah driver ojek online meregang nyawa setelah dilindas rantis Brimob. Ibarat bahan bakar dilempar api, ya semakin menjadi. Hampir sepekan kerusuhan terjadi di seluruh negeri.
Agustus yang seharusnya menjadi perayaan akbar, karena bulan kemerdekaan, berubah menjadi api kemarahan! Nasionalisme yang sempat memuncak ketika upacara bendera, kini perlahan mulai memudar, seiring tingkah pola pejabat negara yang diluar nalar. Seolah menantang rakyat, mereka dengan ringan lidah mengatakan bahwa warga negara ini tak berpendidikan, kurang literasi. Padahal sebaliknya!
Satu persatu loyalis presiden pendahulu mulai "dikurangi" dan itu menurut saya langkah yang strategis. Melepas bayang-bayang Jokowi di tengah kegelisahan publik akan politik dinasti yang lebih mirip "orde baru". Pendekatan personal dan aji mumpung, menjadi trend politik di era kepemimpinannya.
Dengar pendapat dengan komisi XI DPR-RI
Pasca pelantikannya, Purbaya langsung tancap gas, rapat bersama komisi XI DPR yang membidangi Keuangan dan Ekonomi Negara. Ketua komisi bahkan berseloroh bahwa sang menteri baru ini menjadi viral karena komentar nya setelah dilantik presiden di istana. Bukan pendapatnya yang salah, tapi potongan pembicaraannya yang membuat gaduh.
"Gaya koboy" menjadi khas di awal kepemimpinannya. Berbeda dengan Menkeu sebelumnya yang "irit bicara" dan penuh "kehati-hatian". Banyak yang bilang, kalau menteri keuangan harus konservatif ketika mengeluarkan statement, karena akan berdampak pada sektor finansial, seperti pasar modal dan turunannya.
Sri Mulyani tokoh pendahulunya, bukan tak pandai, namun Indonesia butuh sosok baru untuk menggebrak stagnasi ekonomi yang terjadi. Mengemban tugas sebagai menteri keuangan selama hampir empat belas tahun! Tentu butuh pembaruan, agar ide-ide cemerlang untuk menggenjot ekonomi yang mulai melambat. Dan saya menjadi kubu yang mendukung menteri keuangan ini diganti.
Menyimak potongan video di Kompas, durasinya kurang lebih lima belas menit, namun jadi tiga puluh menit, karena saya harus memutar kembali videonya. Nada bicara dan intonasinya cukup "landai" namun sangat percaya diri. Pria lulusan ITB Jurusan Elektro ini, telah malang melintang di perekonomian Indonesia, bahkan sejak pemerintahan SBY. Namun, asing di telinga saya.
Terakhir, beliau ditugaskan menjadi kepala LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Percaya dirinya terhadap masa depan ekonomi bangsa ini, menjadi letupan baru ditengah pesimistis yang sedang melanda negeri ini, bahkan global. Beliau mengaku sudah paham betul seluk-beluk krismon atau krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Sejak tahun 1997, bangsa ini mulai masuk "krisis", puncaknya adalah reformasi tahun 1998.
Menurutnya hal ini disebabkan karena kepincangan ekonomi, sektor riil (swasta) tidak berjalan beriringan dengan kapasitas fiskal (pemerintah). Padahal menurut beliau, keduanya harus berjalan seimbang, agar pertumbuhan ekonomi melesat. Salah satu kritisi nya adalah jumlah dana mengendap di BI mencapai 800 triliun! Dana "idle" inilah yang akan dimanfaatkan oleh Purbaya untuk menjalankan sektor ekonomi riil yang mulai kehabisan tenaga.
Gebrakan Menkeu
Tampaknya kata-kata beliau bukan isapan jempol, terbukti rencana penarikan dana 200 triliun untuk dimasukkan "sistem" bank pelat merah, direstui oleh Presiden. Kini bank himbara dituntut untuk memutar otak, agar kredit bisa terserap maksimal. "Biar Sabtu dan Minggu gak sibuk main golf" ungkapan yang lagi-lagi satire dilontarkannya.
Menurut analisanya, bank turut mendukung keringnya likuiditas di pasar. Penerbitan surat utang, membuat BI kurang "kreatif" menggali sektor riil. Dana hanya berputar di pasar uang, dengan sedikit "rembesan" di sektor lapangan usaha. Dengan imbal hasil yang pasti, BI hanya duduk manis menghasilkan uang, dan itu "diharamkan" oleh Purbaya.
Katalis bahwa Purbaya Effect mulai terpantau di pasar saham. IHSG bahkan menyentuh ATH (All Time High) di bulan September 2025 ini, sebuah sejarah yang manis. Di sektor riil, stimulus ekonomi juga sudah mulai diumumkan oleh pemerintah, bahwa karyawan atau pegawai yang gajinya di bawah sepuluh juta per bulan, akan bebas dari pemotongan pajak penghasilan!
Ini termasuk "perluasan" dari program PPh DTP (Ditanggung Pemerintah) bagi karyawan yang bekerja di sektor hotel dan restoran. Mereka adalah garda terdepan yang terdampak akibat lesunya perekonomian dan "efisiensi" belanja yang digaungkan oleh pemerintah. Kini, perlahan mulai berubah arah.
Paket ekonomi berikutnya adalah rencana pemerintah untuk memberikan uang saku kepada fresh graduate yang magang. Besarannya lumayan, sesuai UMP atau upah minimum provinsi. Langkah ini layak di apresiasi di tengah sulitnya sarjana mencari pekerjaan karena permintaan pasar yang cenderung siap kerja. Nantinya para magang-er ini akan ditempatkan sesuai dengan bidang keahliannya.
Tujuannya sederhana, setelah masa magang selama enam bulan selesai, mereka bisa langsung terserap ke industri. Harapan ditengah keterpurukan ekonomi dunia selalu ada. Ide-ide kreatif dan terobosan pemerintah dibawah menteri keuangan baru ini, patut di hargai. Meskipun baru seumur jagung, efek Purbaya mulai terlihat nyata.
Setiap perubahan pasti menimbulkan pro dan kontra, namun satu yang pasti, kita wajib mendukung jika programnya bagus dan on the track. Tugas rakyat adalah "menegur" ketika penyelenggara negara mulai melenceng dari amanah undang-undang dan dasar negara.
Selamat bertugas Pak Purbaya, semoga amanah menjalankan tugas yang tak mudah ini. Setidaknya bapak serius bekerja, buka pura-pura banyak gaya!
Purabaya, 18 September 2025
Di atas Bus Restu Panda
![]() |
Indonesia semakin Raya lagi Kaya. Hasil Jepretan Anak Lanang |
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah mengunjungi www.besongol.xyz
Untuk saran dan kritik perbaikan sangat terbuka. Silahkan tinggalkan komentar