Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Semesta Berdaya: Monolog Kersen di Tengah Krisis Ekologis

Masa keemasan dan Nostalgia Bukannya ingin menyombongkan diri, aku adalah tumbuhan favorit di era tahun 90-an, bahkan hingga awal milenium. Keberadaanku sangat dicari, terutama anak-anak. Mereka harus bersaing dengan kompetitor: burung, unggas dan berbagai satwa lainnya.  Aku termasuk pohon yang sangat mudah beradaptasi, terbukti aku bisa tumbuh di lanskap apapun—kadang di atas atap sekali pun, aku mampu bertahan hidup. Dari sisa feses hewan pun, aku bisa tumbuh dan berkembang biak. Di mana pun, aku cukup mudah dijumpai.  Namun, seperti makhluk hidup lainnya, jika aku boleh memilih, aku akan menunjuk tempat yang teduh, dengan suplai air yang melimpah. Konon, buahku sangat dinanti. Dari selentingan kabar yang beredar, ada khasiat istimewa: mencegah penyakit beri-beri. Konflik Manusia dan Burung Meskipun mulanya aku bagian dari rantai makanan burung-burung kecil, namun akibat ledakan jumlah manusia, kini habitat burung harus bertarung dengan mereka. Membludaknya populasi manusi...

Pura-pura Banyak Gaya

Rocky Gerung dan Menkeu Baru Kalimat menggelitik dan penuh satire ini membuat bibir ini mengembang, meskipun sedikit mengering. Bahkan kulit ari-nya terasa terkoyak karena tawa ini tanpa suara, perih. Seharian duduk di depan komputer dengan "rutinitas" yang cukup menguras isi kepala. Video ini sontak membuat kacau otak, harus mereset fokus yang sedang saya lakukan dengan keras.  Siapa lagi kalau bukan ulah Rocky Gerung , si " Raja Debat ", sekaligus akademisi yang tak pernah "terbawa emosi". Namanya melejit karena begitu vokal mengkritisi kebijakan ataupun statement penyelenggara negara! Bahkan kontroversi "mengkritik" sekelas presiden pun, pernah beliau lakukan. Keren sih!  Sikap kritis yang mulai terkikis seiring "perubahan politik" dinamis. Berani beda, ketika koalisi parpol di pemerintahan semakin "gemuk". " Koalisi keroyokan " ini bukan tak beresiko, karena mayoritas parpol akan "diam" ketika jatah d...

Pororo, Pop-Up, dan Perpustakaan: Cerita Akhir Pekan Bersama Anak

Percakapan pagi hari Ide itu memang datang tiba-tiba, tak perlu diundang, namun masalahnya, kadang "eksekusinya" yang kurang. Benar kata orang kebanyakan, ide itu melayang di pikiran, tinggal kitanya saja, mau "petik" ide itu, atau membiarkannya hilang bersama bayang-bayang.  Ide tak perlu muluk-muluk, sederhana saja, yang penting Anda bisa langsung "beraksi". Termasuk pagi ini, selepas mengantar anak lanang  untuk ekskul, otak ini seolah berbisik, "bagaimana kalau setelah ini, kalian pergi ke perpustakaan kota?" Begitu godanya pagi itu.  Sementara dari balik telepon, emaknya anak-anak mengingatkan pesanannya, "jangan lupa beli obat dan vitamin " menutup percakapan. Sebelumnya tentu saja memastikan posisiku dimana, padahal jelas-jelas sedang perjalanan ngantar tole ke sekolahan.  Sambil mengendalikan motor beat hitam yang masih kinclong, bergegaslah menuju apotek, sesuai pesanan dewan pengawas rumah tangga. Boleh juga tawaran berakhir ...

Piknik dan Olahraga di Hutan Kota Terbesar di Kota Malang

Malang semriwing Pagi ini Malang hawanya semriwing , bahkan sejak semalam. Ditambah anginnya yang cukup kencang, merontokkan dedaunan tanaman di depan rumah. Meskipun Agustus adalah puncak kemarau, namun fakta di lapangan, hujan masih saja turun dari intensitas ringan hingga sedang.  Hujan tak merata ini, sudah cukup mendukung hawa anyeb  di Kota Pendidikan . Kemarau tak selalu kering kerontang. Salah satu cara terbaik untuk melawan dingin pagi ini ya tentu saja berjemur. Beruntung mentari pagi ini cukup terik, dengan mendung tipis menggantung di atas langit. Mumpung pada off di weekday dari rutinitas, spontan aku mengajak keluar bocil dan emaknya. Tak jauh-jauh, kami meluncur ke Lapangan Rampal .  Anak wedok memilih mengenakan sepatu dengan kaos kaki panjang, menutup hingga persis di bawah lutut. Sepatu putihnya itu menantang warna kaos kakinya yang kontras, merah menyala! Lucunya dia menggunakan daster tanpa lengan. Emaknya langsung komplain, "Sebentar ku ambil jaket"...

Jajanan, Sepeda, dan Angkot: Puzzle Kehidupan Kota Surabaya

Tiba-tiba pikiranku terusik, entah berapa kali beliau melintas. Aku yang sedang main gawai sambil menunggu bus yang membawaku ke tujuan, “Aqua-aqua, minum dingin” dengan nada sedikit melemah, malu rasanya kalau waktu ini hanya dihabiskan untuk scrolling medsos yang tiada henti beritanya. Kadang berulang, kadang hanya repost, kadang ya hanya sekedar tangkapan layar dijadikan konten.  Pemandangan ini lumrah di terminal terbesar di Jawa Timur , Purabaya. Kondisi yang mungkin tak pernah Anda temui di stasiun atau bandara. Bagi generasi baby boomer dan milenial , situasi layaknya malam ini, masih sempat dirasakannya di berbagai stasiun. Bahkan, pedagang asongan kala itu bebas hilir mudik untuk menjajakan dagangannya sepanjang perjalanan hingga kereta tiba di tujuan. Uniknya, setiap stasiun menawarkan menu dan jajanan yang berbeda. Pemandangan yang dulu sempat “populer” dan kini mungkin tak terulang, karena waktu dan “lakonnya” berbeda. Namun, bukan mustahil reka adegan masa lalu kemba...

Pengamen, Pengantar Paket, dan Pekerja Urban

Suasana pagi itu tak terlalu cerah. Mendung tipis menghalangi mentari pagi, sendu begitu orang kebanyakan menyebutnya. Meskipun udara pagi terasa begitu dingin, namun sebagai “pekerja keras”, dilarang kendor untuk menjemput rejeki. Nyaris tak ada yang istimewa dengan hari sebelumnya. Diantara sekian banyak penumpang di pagi hari, 20-40 persennya adalah orang yang sama, repetitif. Namun inilah yang membuat istimewa. Guratan cerita akan selalu ada tersimpan rapi di ingatan. Termasuk pagi ini di atas bus kota.  Ada kebiasaan sederhana yang bisa diamati selama perjalanan singkat di dalam bus kota. Hadirnya TWS atau headset nirkabel, membuat muda-mudi sekarang lebih memilih “menyumpal” telinga, daripada ngobrol dengan sebelahnya. Tak sedikit juga yang scrolling layar smartphone mereka, sekedar menikmati algoritma sekian, entah itu medsos atau portal berita. Namun dari sekian kebiasaan, ada satu kebiasaan yang menjadi perhatian, berdzikir.  Ibu-ibu berjilbab itu naik dari halte yan...

Masjid Merah Pandaan: Wisata Unik di Jawa Timur yang Layak Dikunjungi!

Playground Eat and Play Layar handphone tiba-tiba berdering, dari nadanya memang bukan panggilan telepon, tapi pesan singkat yang masuk. "Sudah otw kah?", pertanyaan singkat yang mengingatkanku pada janji. "Sudah di parkiran" jawabku singkat lengkap dengan emoticon senyum lebar. Pesan super "penting"itu datang dari emak-nya anak-anak alias nyobes (singk: nyonya besar) . Libur sekolah sudah lewat hampir dua minggu, namun sore ini baru berencana jalan. Hampir empat bulan bocil tak main ke playground , layaknya rutinitas yang kami jalani selama merantau ke Jakarta. Setiap bulan, minimal sekali, "ritual" sambang tempat bermain di Blok M Square, Eat and Play. Selain taman kota yang jadi andalan kami sekeluarga. Jika dihitung, lebih "hemat" daripada harus pergi ke wisata ke Bogor atau Bandung. Dari namanya saja jelas, eat and play. Selepas main dengan puas, yang jelas perut dan mulut akan timbul rasa lapar dan dahaga hahaha Hal lumrah ketik...

Bekal yang Tertinggal, Hati yang Pulang

Nasi bungkus Pagi masih belum disapa mentari sempurna, masih gelap, redup, sepi. Namun, jalan sudah basah, padahal semalam tak turun hujan. Persis di tikungan jalan keluar kampung. Ternyata penjual nasi-lah yang menyiram. Memang tepat di belakangnya mengalir sungai yang cukup jernih dengan debit air yang melimpah. Meskipun sudah memasuki kemarau, tapi hujan tak pernah sungkan untuk datang. Orang bilang saat ini sedang “kemarau basah”. Kadang untuk memilih nama saja, kita kesulitan. Jangankan hati, bahasa saja orang tak sanggup menerjemahkan!  Pagi ini terburu-buru untuk berangkat, tapi setidaknya aku masih bisa menikmati sunyinya Subuh. Emakku sedang asyik mengajakku ngobrol, sampai lupa bahwa elf yang akan membawaku ke kota pahlawan, lima menit lagi akan berangkat.  Arloji yang melingkar di tangan kiriku seolah tak kenal kompromi dengan waktu. Tak pernah molor, tak juga dipercepat, pas! Arloji tak pernah ingkar janji, kecuali baterainya minta ganti atau waktunya diisi.  ...